PAPARAN SEPENUHNYA BLOG...
PAPARAN SEPENUHNYA BLOG...
Mudah je...
Langkahnya....
- Ambil view my complete profile
- Disini ada pautan my blog... Moga menjadi manfaat kita bersama.. Insyallah.. Amin Ya Robb!!!
- Untuk kembali ke blog asal klik aje view my complete profile
- Selamat melayari
p/s:Jangan lupa tandatangan di BUKU PELAWAT.TQ...
Mudah je...
Langkahnya....
- Ambil view my complete profile
- Disini ada pautan my blog... Moga menjadi manfaat kita bersama.. Insyallah.. Amin Ya Robb!!!
- Untuk kembali ke blog asal klik aje view my complete profile
- Selamat melayari
p/s:Jangan lupa tandatangan di BUKU PELAWAT.TQ...
Wednesday, February 01, 2012
Ramadhan : PROSES MENGEMBALIKAN FITRAH SEMULAJADI MANUSIA
Mengapa Hari Raya Aidil Fitri dinamakan juga Hari Raya Fitrah?
Kerana hari itu hari di mana manusia keluar dari Ramadhan membawa diri yang suci bersih lahir dan batin, sebagaimana fitrah semulajadinya. Sebab latihan-latihan ibadah yang diperintahkan di dalam bulan Ramadhan, kalau dilaksnakan mengikut displin syariat lahir dan batinnya mampu mampu mengembalikan manusia kepada fitrah murni, sama seperti mana ia mula-mula dilahirkan ke dunia. Sabda Rasulullah SAW:
Terjemahannya : Manusia dilahirkan dalam keadaan suci bersih seperti kain putih. Ibu bapanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi.
Fitrah manusia sewaktu baru datang ke dunia , yakni sebelum diracuni oleh kesesatan dan maksiat, adalah bersih dari segala kejahatan lahir dan batin. Hati manusia asalnya atau fitrahnya adalah baik, menyintai kebaikan, kenal dan taat kepada Allah SWT. Sebab hati memang mengaku yang dia adalah hamba Allah. Hati tidak setuju kalau dia dikatakan hamba syaitan, hamba nafsu, hamba betina atau lain-lain selain Tuhan. Benarlah Allah berfirman:
Terjemahannya: Bukankah Aku ini Tuhan kamu? Mereka menjawab Ya, kami menjadi saksi (Engkaulah) Tuhan kami (Al A' raf: 172).
Demikian pengakuan roh sewaktu belum dilahirkan ke dunia, yakni ketika dihadapkan ke hadrat Allah. Roh (Hati) waktu itu kenal Allah dan mengaku hamba-Nya. Tapi bila tiba ke dunia yang fana ini, roh disaluti nafsu dan syaitan dan dipengaruhi oleh segala macam tipu daya kenikmatan dan kelazatan dunia, maka jadilah ia derhaka dan lupa pada Tuhan yang sebenar yakni Allah SWT.
Lalu manusia bertuhankan Tuhan-Tuhan selain Allah sama ada sedar atau tidak. Umat Islam, sekalipun mengaku Allah Tuhannya, tapi dalam tindak-tanduknya, mereka bertuhankan hawa nafsu. Amalan lahir, apalagi amalan batin yang mereka lakukan adalah perbuatan-perbuatan yang diperintahkan oleh nafsu. Firman Allah :
Terjemahannya: Maka pernahkah engkau perhatikan orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya? (Al Jaathiah: 23)
Tamak haloba, cinta dunia (hingga lupa Akhirat), gila pangkat dan sanjungan hingga tergamak tindas-menindas dan zalim menzalimi, sombong bongkak, angkuh, takabur hingga hilang timbang rasa dan belas kasihan sesama manusia, berdengki berdendam hingga sanggup fitnah memfitnah, umpat mengumpat, mengadu domba, mengampu dan menjilat.
Bakhil atau kedekut hingga terjadilah si kaya bertambah kaya, semiskin makin merempat, mementingkan diri sendiri dan menyalah- gunakan kuasa hingga tergamak melihat dan membiarkan kesusahan yang ditanggung oleh orang lain. Kecewa, putus asa, membazir. ltulah di antara kejahatan manusia dengan sesama manusia kerana bertuhankan nafsu. Dengan Allah lebih-lebih lagi kejamnya manusia ini.
Hatta dengan ibu bapa, dengan guru-guru dan dengan orang-orang yang sudah berjasa padanya pun, manusia susah begitu derhaka sekali. Kata-kata atau perintah Allah dipersoal dan dipersendakan, sebaliknya larangan Allah dilakukan dcngan terang-terangan dan berleluasa. Inilah yang dikatakan syirik khafi. Alangkah kejamnya manusia akhir zaman ini!
Manusia yang mati dalam keadaan fitrahnya bcgitu kotor dengan mazmumah, bererti mati dalam derhaka pada Allah. Allah mengingatkan ini dengan firmanNya
Terjemahannya: Di hari harta dan anak-anak tidak berguna melainkan orang-orang yang mengadap Allah dengan hati yang selamat. (As Syuara: 88-89)
Kalau begitu wajiblah kila melakukan amalan-amalan yang boleh membersihkan hati kita. Amalan berpuasa adalah amalan yang sebaik- baiknya. Sebab itu Allah mewajibkan kita berpuasa di bulan Ramadhan sebulan lamanya. Puasa yang dilakukan dengan sebaik-baiknya, akan dapat mengembalikan manusia kepada fitrahnya? Hal ini berlaku kerana sepanjang Ramadhan kita mengerjakan amalan-amalan berikut:
1. Puasa
2. Mujahadatunnafsi
3. Sembahyang sunat Terawih
4. Mengeluarkan zakat fitrah dan sedekah
5. Membaca Al Quran
Semua ibadah ini adalah tarbiah atau pendidikan yang boleh membuang sifat-sifat yang jahat. Kemudian menggantikannya dengan sifat-sifat fitrah yang murni. Dengan kata lain, dapat membuang sifat mazmumah untuk diganti dengan sifat-sifat mahmudah.
Proses itu berlaku seperti berikut:
1. Berpuasa ertinya menahan keinginan nafsu untuk makan, minum dan nafsu syahwat. Perbuatan ini boleh mendidik manusia menjadi seorang yang sabar dan redha. Maknanya, manusia itu boleh tahan kemahuan- kemahuan nafsunya dari melakukan hal-ha1 yang ditegahkan oleh Allah SWT. Seorang yang boleh sabar dalam menghadapi segala masalah hidup, nescaya akan beroleh keuntungan dunia dan Akhirat. Dan Allah pun menjanjikan pahala tanpa hisab untuk orang-orang yang sabar. Firman- Nya:
Terjemahannya: Sesungguhnya dibalas orang-orang yang sabar itu pahalanya tanpa hisab.(Az Zumar: 10)
Puasa juga akan mendatangkan rasa timbang rasa terhadap orang-orang yang susah. Lapar dan haus yang kita tanggung kerana puasa, akan memahamkan kita bahawa demikianlah deritanya orang-orang miskin dan anak-anak yatim. Apa hal kalau kita ditimpakan nasib yang sama? Tentu kita tidak sanggup. Kalau begitu berlaku baiklah terhadap mereka itu. Hiburkanlah mereka itu. Dengan itu moga-moga Allah melepaskan kita dari kesusahan hidup dunia dan Akhirat.
2. Sebulan Ramadhan kita didisplinkan oleh syariat supaya membanyakkan mujahadah melawan hawa nafsu dan syaitan. Yakni tidak menurut kehendak keduanya. Selain dari nafsu makan minum dan nafsu kelamin, di hari siangnya, kita juga diperintahkan melawan mazmumah- mazmumah yang lain seperti. bakhil, ujub, sombong, marah, dengki, tamak, cinta dunia, berburuk sangka, mengadu domba, mengumpat, mementingkan diri sendiri, memutuskan silaturrahim dan lain-lain lagi. Seorang yang berpuasa tetapi mengekalkan kejahatan-kejahatan lahir dan batin, tidak akan mendapat apa-apa faedah, selain lapar dan dahaga. Demikianlah maksud hadis:
Terjemahannya: Berapa banyak orang yang puasa tapi tidak mendapat apa- apa melainkan lapar dan dahaga.(Riwayat An Nasai).
Itu maknanya kita diarahkan untuk memberhentikan kejahatan- kejahatan nafsu itu. Yakni dengan melakukan mujahadatunnafsi. Seorang yang berjaya melawan nafsunya, sekaligus dapat juga melawan syaitan. Sebab nafsu adalah laluan penting (highway) bagi syaitan. Bila kedua-dua musuh batin itu ditewaskan, jadilah nafsu itu, nafsu yang taat setia pada tuhan, maka manusia akan kembali pada fitrah muminya. Yakni berakhlak mulia. Dan itulah kemenangan yang hakiki.Firman Allah:
Terjemahannya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan jiwanya. Dan rugilah siapa yang mengotorinya. (Asy Syams: 9-10)
Tuhan memuliakan jiwa-jiwa yang suci ini dengan firman-Nya:
Terjemahannya: Wahai jiwa yang tenang (nafsu mutmainnah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diredhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam Syurga-Ku.(Al Fajr: 27-30).
3. Sepanjang Ramadhan kita telah mengerjakan sembahyang sunat terawih pada tiap-tiap malam 20 rakaat selama 30 malam. Ertinya kita telah melebihkan sembahyang sunat sebanyak 600 rakaat pada bulan Ramadhan ini. Scmbahyang ertinya mengingati Allah, bercakap-cakap dengan Allah, meminta dengan Allah, mengharap pada-Nya, merasa kehambaan diri, rasa tcrhina dan rasa hebat pada-Nya. Setiap kali berdiri, rukuk dan sujud, kita berjanji dan bersumpah untuk hidup dan mati dalam mengabdikan diri hanya pada Allah. Dan kita katakan juga yang kita mahu jalan yang lurus, jalan Nabi-Nabi dan orang-orang soleh, bukan jalan orang-orang kafir, Yahudi dan Nasrani. Begitu sembahyang membawa kita mendekatkan keinginan untuk jadi rijalullah (orang Allah).
Kalau benarlah kita jujur dalam sembahyang, 600 rakaat tarawih itu benar-benar telah boleh mcngubah kita menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Yakni bila orang yang cinta Allah, lebih daripada yang lain, membesarkan Akhirat lebih daripada dunia, suka sayang sesame mukmin, tegas dan keras dengan kekafiran dan maksiat, pemurah, berbaik sangka dengan manusia, sabar dalam ujian, syukur dengan nikmat, redha dengan takdir, membanyakkan amalan amal soleh, taat suami, bertimbang rasa dengan isteri, memuliakan ibu bapa, kasihkan guru, setia pada pemimpin dan lain-lain lagi kebaikan yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul. Sembahyang akan memimpin, mendidik dan mengingatkan kita agar menjadikan Allah matlamat hidup. Dan menolak segala bisik hasutan nafsu dan syaitan terkutuk.
Allah berfirman:
Terjemahannya: Sesungguhnya sembahyang itu dapat mencegah daripada (perbuatun-perbuatan) keji dan mungkar. (Al Ankabut: 45)
Firman Allah lagi:
Terjemahannya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman iaitu orang-orang yang khusyuk dalam sembahyang. (Al Mukminun: 1-2)
Seterusnya Allah berfirman
Terjemahannya: Jadikanlah sabar dan sembahyang sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya sembahyang itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.(Al Baqarah: 45)
Demikian besarnya peranan sembahyang dalam membentuk akhlak yang mulia. Siapa yang benar-benar sembahyang nescaya sudah merasai hasil yang dijanjikan oleh Allah itu.
4. Di dalam bulan Ramadhan kita diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah, dan digalakkan membanyakkan sedekah. Ertinya kita disuruh berlaku pemurah, bertimbang rasa pada orang-orang susah dan berkasih sayang dengan mereka Orang yang dapat menghiburkan saudara se-Islam, nescaya Allah akan hiburkan dengan Syurga di dunia dan Akhirat. Seorang yang hanya beribadah dengan Allah, tapi tidak berbaik-baik dengan hamba-hamba Allah, belumlah terjamin kebahagiaan hidupnya di dunia dan di Akhirat. Kerana itu di bulan Ramadhan, Islam mendidik kita untuk banyak memberikan harta kita pada jalan Allah. Yakni pada orang susah. Kalau itu dapat dikekalkan sebagai akhlak kita, ertinya kita telah mengembalikan diri kepada sifat semulajadi yang suci, sebagaimana waktu kita mula-mula dilahirkan.
5. Amalan yang sangat digalakkan juga dalam bulan Ramadhan ialah membaca Al Quran. Tapi membaca Al Quran bukan hanya untuk mendapat pahala atau ambil berkat sahaja. Membaca Al Quran ertinya meneliti hukum-hakam, mengambil iktibar dari cerita-cerita di dalamnya, memerhatikan tanzir (khabar-khabar yang menakutkan) serta tabsyir (khabar gembira) dari Allah SWT. Juga untuk membersihkan fikiran- fikiran kita daripada segala akidah dan ideology (isma-isma) karut ciptaan manusia. Contohnya faham-faham nasionalisma, sosialisma, komunisma, kapitalisma, feudalisma dan lain-lain lagi. Semua fahaman itu sudah menjadi fikiran dan jiwa kita. Sedangkan ajaran Al Quran dan Sunnah masih asing pada kita.
Jadi, dengan banyak membaca Al Quran, kita dapat mengikis kekarutan fahaman-fahaman lama itu dari fikiran kita. Kita akan jadi orang yang kenal Allah, merasai kehebatan dan kebesaran-Nya, mahu menyembah-Nya. Dan lagi kita akan teringat-ingatkan Akhirat, yakni Syurga dan Neraka. Betapa indahnya Syurga dan betapa dahsyatnya Neraka akan terasa oleh kita. Tegasnya Al Quran akan menambah iman kita. Ertinya kita akan dibersihkan oleh Al Quran, sebersih mula-mula kita dilahirkan ke dunia.
Begitulah secara ringkas proses mengembalikan manusia kepada fitrahnya yang berlaku sepanjang bulan Ramadhan. Ianya berlalu mungkin secara langsung atau secara tidak langsung. Tapi hasilnya akan terasa oleh kita. Bertambah atau tidak iman kita, jinak atau tidak nafsu kita akan bertambah baik atau tidak akhlak kita? Adakah bertambah cinta kita pada Allah dan rindu kita pada Akhirat? Bertambahkah pengorbanan dan perjuangan pada jalan Allah?
Bagaimana dengan sifat rendah diri pemurah. berbaik sangka, zuhud, sabar, redha, berkasih sayang sesama mukmin dan lain-lain. Sudahkah jadi akhlak kita? Sekiranya jawabnya tidak. Itu tandanya kita tidak berpuasa dan tidak beribadah sepanjang Ramadhan itu. Lihat apa kata Rasulullah SAW :
Terjemahannya: Berapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapat apa-apa selain lapar dan dahaga.
Kalaulah puasa kita tidak menghilangkan keluh kesah, tamak haloba, sombong, hasad dengki, marah dan cinta dunia kita itu, ertinya yang kita dapat hanyalah lapar dan dahaga. Dan kalau begitu apa ertinya hari raya pada kita? Kemenangan apa yang hendak kita syukurkan pada hari raya? Sepatutnya pada hari raya kita menangis atas kekalahan kita berhadapan dengan nafsu kita itu. Tangisi juga ujian-ujian Allah yang kita gagal menghadapinya. Hari raya sebaik-baiknya hari bertaubat dcngan Allah alas segala kebiadapan yang kita lakukan pada- Nya.
Kita mimpikan sebuah negara yang aman makmur dan mendapat keampunan dari Allah SWT. Dan kita berharap serta bcrjuang dan berkorban untuk maksud itu. Hingga kadang-kadang kita terfikir kitalah generasi yang boleh menegakkan kembali Islam di dunia sepertimana sejarah perjuangnn salafussoleh sedangkan iman dan taqwa serta akhlak dan ibadah kita tidak seperti mereka.
Saiyidina Umar Al Khattab sewaktu dilantik menjadi khalifah pernah berjalan dengan sahabat-sahabatnya melalui tempat najis. Lama beliau berdiri di situ hingga sahabat-sahabat jadi gelisah dan bertanya, " Mengapa kita berhenti di sini" Jawab Saiyidina Umar, "Inilah dunia yang kamu selalu berlumba-lumba mencapainya. Akhimya dia jadi najis yang kamu sangat membencinya."
Begitulah kepimpinan Sayidina Umar. Sewaktu memberi amanat pada tenteranya ketika menjatuhkan Rom dan Parsi baginda Amirul Mukminin berucap: "Aku lebih takutknn dosa-dosa yang kamu lakukan, daripada takutkan musuh-musuh kamu, kerana kalau kamu berdosa, Allah tidak menolong kamu, dan membiarkan kamu pada musuh-musuh kamu itu."
Begitulah darjat taqwa yang menghiasi hati khalifah-khalifah Islam di zaman salafusoleh. Saidina Ali karamullah wajhah pula, Amirul Mukminin itu diceritakan oleh sahabat bernama Dhirar, bahawa dia selalu melihat Sayidina Ali menangis-nangis bagai orang kesusahan di tengah-tengah malam. Sambil berkata, "Wahai dunia, janganlah engkau tipu aku. Pergi jauhlah dariku. Jauh, jauh. Bekalku sangat sedikit sedangkan hidup di Akhirat itu kekal abadi."
Khalifah Umar Abdul Aziz menasihati gabenor-gabenor di daerah pemerintahannya dengan katanya, "Kekuasaan yang ada di tangan saudara- saudara telah memungkinkan kamu untuk menzalimi rakyat. Bila terasa di hati kamu untuk menzalimi seseorang, ingatlah segera betapa besarnya kekuasaan Allah atas diri saudara-saudara dalam daftar dosa. Ketahuilah pula bahawa Allah SWT membela orang yang teraniaya terhadap yang menzaliminya."
Saidina Abu Ubaidah Ibnu Jarrah, setelah Syria jatuh ke tangannya, hanya memiliki sebuah kediaman kecil yang ada di dalamnya hanya sehelai kain dan satu mangkuk. Saiyidina Umar menangis melihat kemiskinan ketua tenteranya itu, tapi apa jawab Abu Ubaidah. "Tuan menangis kerana saya menjual dunia untuk Akhirat?" Seorang sahabat bernama Said bin Amir mendapat kiriman wang seribu dinar dari Saiyidina Umar, telah berteriak-teriak dan meminta perlindungan Allah. Isterinya bertanya kehairanan. Dijawabnya, "Dunia telah datang kepada saya."
Demikianlah taqwa para sahabat. Dalam keadaan inilah dunia menyerah diri pada mereka dan mereka menjadi tuan-tuan besar yang telah memberi keamanan pada dunia. Kemuncak bagi segala taqwa itu, cuba lihat doa Rasulullah SAW selaku pemimpin dunia yang agung itu, "Wahai Tuhan, kurniakan, aku dua mata yang selalu berlinang air mata, sebelum datang hari Akhirat, di mata mengalirkan darah dan gigi-gigi menjadi bara."
Doa dan hati beginilah yang menyebabkan Allah membantu mereka dan memberi kemenangan kepada mereka. Allah percaya dan sayang mereka. Maka Allah pun mengangkat mereka dari segala kaumnya.
Apahal dengan kita? Cita-cita besar, angan-angan panjang tapi taqwa kita makin hari makin kurang. Amal ibadah kita dan perjuangan kita bukan menambah taqwa tapi menjahanamkan kita. Kita berjuang dengan kekuatan semangat dan nafsu, bukan dorongan taqwa. Sebab itu hasilnya bukan saja Islam belum tegak dalam negara dan masyarakat tapi diri sendiri pun makin ganas dan akhlak buruk sekali. Bagaimana Allah, boleh percaya untuk memberi kemenangan pada kita? Apa jaminan yang kita boleh mengamankan dunia?
Di seluruh dunia hari ini, keamanan sudah tidak wujud lagi. Maksiat jadi budaya hidup yang diperjuangkan. Perpaduan hancur lebur, hatta dalam rumahtangga pun tiada lagi kasih sayang yang hakiki lagi. Perang dan rusuhan makin bertambah dan menjadi-jadi. Krisis politik makin kusut dan meruncing. Penyelewengan dan penipuan dalam ekononi makin menjadi-jadi. Rusuhan tidak dapat dibendung lagi. Manusia benar- benar hidup dalam nafsi-nafsi. Tuhan tidak ada tempat dalam kehidupan. Al Quran hanya untuk berhibur-hibur. Undang-undangnya dipertikaikan dan tidak diterima dalam perundangan hidup manusia abad ini.
Sungguh dunia hari ini dan kehidupan manusia-manusia sudah rosak sama sekali. Kalaulah ha1 ini dibiarkan terus-menerus berlaku, kita bimbang kita dan anak cucu kita akan terseret sama dalam kemurkaan Allah dunia dan Akhirat. Tapi apa daya usaha yang boleh kita lakukan untuk menghadapi masalah dunia ini? Kita masih terlalu lemah dalam apa ha1 sekalipun.
Mendengar pekikan-pekikan dari pejuang Islam di seluruh dunia, rasanya seolah-olah mudah saja dunia ini hendak diIslamkan kembali. Dan rasanya apa juga masalah dunia akan dapat diselesaikan tidak berapa lama lagi. Tapi bila dilihat pada realiti yang wujud, kita jadi kecewa bila melihat Islam yang ditempikkan itu hanya jadi angina yang tidak boleh dilihat. Usaha-usaha praktikal untuk mengkotakan cita-cita perjuangan yang ditempikkan itu belum dimulakan lagi. Lantaran itu, pejuang-pejuang Islam sendiri masih terlibat secara langsung dengan ekonomi riba, pendidikan sekular, politik demokrasi kotor, sosial lucah yang menghalalkan percampuran lelaki perempuan, hiburan-hiburan yang melalaikan, makanan syubhat, pakaian dan hiasan ala Yahudi, rumah bagai muzium dan anak isteri yang tidak dididik dengan Islam.
Dari hal yang kecil kepada yang besar, mereka belum menukarkannya dari jahiliah kepada Islam. Ramadhan yang sudah silih berganti datangnya dan ibadah-ibadah lain yang banyak dilakukan tidak pun mendorong mereka untuk berubah dari memperturutkan nafsu kepada mentaati Allah. Tegasnya ibadah mereka tidak mengembalikan mereka kepada fitrah murni yang taat kepada Allah.
Apa harapan untuk mereka mengubah dunia jahiliah ini kepada dunia Islam? Kita hairan dan masyarakat akan tertanya-tanya bila dan bagaimana peralihan hidup kepada Islam mahu dimulakan. Supaya kita dan mereka tidak lagi berada dalam suasana dan system mungkar yang iperjuangkan oleh musuh-musuh Islam. Supaya Islam bukan lagi untuk slogan dan tempikan tetapi untuk diamalkan dan dikerjakan. Supaya Islam dan mereka tidak lagi berada dalam suasana dan sistem mungkar yang diperjuangkan oleh musuh-musuh Islam. Supaya Islam bukan hanya dalam kertas, di pentas dan diseminarkan tapi untuk dibangunkan, dilaksanakan dalam kehidupan dan buktikan secara realiti. Supaya Allah dan Rasul serta orang mukmin dapat menilai. Supaya ternyata siapa yang benar-benar inginkan Islam pada orang ramai, untuk menarik perhatian masyarakat kepadanya.
Bercakap tentang Islam memang mudah. Tapi mengamalkan Islam itu susah. Orang yang bercakap tentang kebaikan belum tentu dapat melakukan kebaikan tersebut. Sebab untuk bercakap kita memerlukan ilmu tapi untuk beramal memerlukan iman dan taqwa. Sebab itu Sayidina Ali karamallahu wajhah pernah berkata. "Orang alim yang tidak bertaqwa, katanya tidak akan berbekas di hati manusia seperti hujan yang turun di atas batu yang licin atau di atas telur burung kasawari."
Maknanya, cakap orang yang berilmu tapi tidak bertaqwa itu tidak boleh mengubah orang dari kurang baik kepada lebih baik. Tegasnya, orang ang tidak dapat hendak beramal dengan kata-katanya. Di dengar sedap, tapi tidak dapat hendak beramal dengannya. Hanya berteori tapi tidak untuk dipraktikkan.
Mengapa orang yang tidak bcrtaqwa tidak dapat menegakkan Islam dengan kehidupan, dan tidak dapat membuatkan orang lain beramal dengan ajarannya? Ini berdasarkan firman Allah:
Terjemahannya: Dan Allah itu pemhela orang-orang yang bertaqwa. (Al Jaathiyah :19)
Allah tidak kata Dia akan bela orang Islam. Maknanya Islam saja tapi tidak bertaqwa, tidak akan dibela atau ditolong oleh Allah. Bila Allah tidak mahu tolong, maka usaha atau perjuangan tidak akan sampai ke matlamatnya. Islam yang kita ingin, tidak ketemu jalan-jalan untuk melaksanakannya. Tinggallah cita-cita sebesar gunung tapi keupayaan terdampar di bumi.
Oleh itu, perjuangan kita kalau mahu dibantu oleh Allah hendaklah diasas dan didorong oleh iman dan taqwa. Senjata perjuangan Islam yang terpenting ialah iman dan taqwa yang dimiliki oleh tiap-tiap peribadi pejuang-pejuangnya. Sebab itu program-program untuk mendapatkan iman dan taqwa mesti jadi program terpenting dalam perjuangan kita. Dan kalau ada aktiviti-aktiviti yang boleh melemahkan iman dan taqwa, itu mesti dihindarkan.
Jemaah yang dianggotai oleh orang-orang bertaqwa, sekalipun kecil akan lebih bertenaga daripada jemaah yang besar tapi tidak membawa taqwa.Firman Allah:
Terjemahannya: Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.(Al Baqarah: 249)
Jemaah yang ahlinya banyak meakukan dosa, tidak akan mendapat bantuan dari Allah. Sebab itu tugas penting kita sekarang ialah mendidik agar ahli-ahli kita jadi hamba yang bertaqwa, yang takut untuk melakukan dosa dan rindu pada Tuhannya. Bila tenaga-tenaga begitu sudah tersedia, waktu itu moga-moga Allah akan beri kepercayaan pada kita untuk menegakkan agama-Nya di bumi ini.
Dengan taqwa, seseorang tidak akan merelakan diri dan keluarga serta masyarakatnya berada dalam suasana hidup jahiliah. Jemaah orang bertaqwa akan membebaskan diri dari sebarang sistem yang bertentangan dengan Islam. Mereka berjuang dan berkorban untuk menegakkan Islam dalam masyarakat mereka sekurang-kurangnya. Mereka bimbang kalau- kalau mereka mati dalam keadaan bergelumang dengan dosa-dosa lahir atau batin, fardhu ain atau fardhu kifayah yang belum selesai dan dosa-dosa dengan Allah atau dengan manusia.
Orang bertaqwa adalah orang-orang yang berkorban hidup matinya untuk Allah. Dalam perjuangan mereka tidak ada kerjasama dengan orang yang mungkar atau buat maksiat. Mereka merdeka dari bersandar dengan musuh Allah walau dalam apa keperluan. Mereka ada kekuatan sendiri yang disandarkan pada Allah SWT. Taqwa mereka menjadikan mereka rela berkorban dan berani menegakkan Islam dalam masyarakat di mana saja mereka berada. Allah berfirman:
Terjemahannya: Maka barangsiapa yang bertaqwa dan berbuat kebajikan maka tiada perasaan takut pada mereka dan tidak pula berdukacita.(Al A'raf: 35)
Tidak berlakunya semua itu dalam masyarakat kita hari ini, hatta dalam jemaah-jemaah Islam, ialah kerana kita belum bertaqwa. Oleh itu marilah kita mengusahakan jemaah orang-orang yang bertaqwa. Moga-moga Ramadhan ini memberi kekuatan asas pada kita untuk memperjuangkannya. Dan jadikanlah hari raya nanti sebagai hari pertama kita memulakan program-program yang boleh melahirkan hamba-hamba Allah yang bertaqwa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment